Mengenal Fibrilasi Atrium yang Dapat Meningkatkan Risiko Stroke

Stroke merupakan salah penyakit yang mematikan. Berdasarkan data WHO tahun 2012, sekitar 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular, di mana 38% di antaranya akibat stroke.

Berbagai faktor dapat menyebabkan stroke, mulai dari hipertensi, diabetes, kebiasaan merokok, maupun Fibrilasi Atrium (FA). FA merupakan kelainan irama jantung berupa detak jantung yang tidak reguler, laju jantung bisa lebih cepat atau lebih lambat.

Menurut Ketua 1 Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI), dr. H. Salim Haris mengatakan 50% tersumbatnya pembuluh darah (stroke sumbatan), disebabkan oleh FA. Ia menyatakan faktor risiko FA menyebabkan terjadinya stroke lebih tinggi dibandingkan dengan faktor risiko lain seperti hipertensi, diabetes, dan lainnya.

“Faktor risiko lain seperti hipertensi, diabetes, dan merokok dapat menyebabkan stroke dalam hitungan tahunan. Sedangkan mereka yang menderita FA dapat mengalami stroke dalam hitungan jam. Orang yang mengalami FA hari ini dapat mengalami stroke keesokan harinya,” ujarnya pada Press Conference “Kenali Fibrilasi Atrium (FA) Untuk Mengurangi Risiko Stroke” pada Senin (25/7), di Jakarta.

Pada kesempatan yang sama, ketua panitia atrial fibrillation campaign di Indonesia dan ketua Indonesia Heart Rhythm Society (InaHRS), Dr. dr. Yoga Yuniadi menambahkan bahwa penderita FA memiliki risiko lima kali lebih tinggi mengalami stroke dibanding orang yang tidak menderita FA.

Gejala dan penyebab FA

Dr. dr. Yoga Yuniadi mengatakan bahwa FA merupakan penyakit kardiovaskular dan dapat dikenali dengan gejala, seperti irama jantung tak teratur, rasa berdebar, mudah lelah, sesak napas, rasa nyeri, pusing, rasa mengambang, dan intensitas buang air kecil yang semakin bertambah.

Gejala tersebut berbeda antara orang yang satu dengan yang lain, dipengaruhi oleh riwayat penyakit yang dideritanya.

“FA terbagi menjadi dua, yaitu FA tanpa sebab, yang terjadi pada usia muda dan biasanya akibat faktor genetik, seperti anak dengan penyakit jantung bawaan. Sedangkan jenis FA yang satunya, berkaitan dengan hipertensi, diabetes, obesitas, tiroid, usia, kebiasaan merokok, dan stres. FA jenis kedua ini merupakan aging disease, yaitu penyakit yang prevalensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia,” ujarnya.

Cara mengatasi

Selain meningkatkan risiko terkena stroke, FA juga dapat memicu terjadinya gagal jantung, yang diikuti dengan gagal organ vital tubuh lainnya. Untuk itu, Dr. dr. Yoga Yuniadi menyarankan masyarakat yang merasa mengalami irama jantung yang tidak reguler, segera memeriksakannya ke dokter.

“Meskipun FA timbul hanya sekali-kali, sebaiknya segera periksakan ke dokter. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan EKG (elektrokardiografi) ketika pasien merasakan adanya gejala FA,” katanya.

Pencegahan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengobati berbagai penyakit yang dapat menjadi faktor risiko timbulnya FA. Selain itu, konsumsi makanan yang rendah lemak jenuh dan mengandung serat. Jangan lupa untuk olahraga secara teratur, seperti jalan cepat selama 2,5 jam atau aktivitas aerobik yang cukup tinggi seperti jogging atau berenang selama 1,5 jam setiap minggu. Tanpa berolahraga, risiko terserang penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung dan stroke meningkat hingga 51%. Terakhir, hindari asap rokok karena 30% perokok pasif memiliki risiko terkena penyakit kardiovaskular.

(yuri/wida)

Source link


Sumber: http://ift.tt/2awIjUo

Related Posts

Posting Komentar