Biarkan Anak Menonton Televisi, Tapi….

Menyuruh atau bahkan sekadar berharap agar anak (terutama yang masih kecil) tidak menonton televisi adalah hal yang mustahil. Selain keberadaannya yang tidak bisa dihindari lagi, kebanyakan orang tua, tidak dipungkiri, sengaja menjadikan televisi sebagai "pengasuh" alternatif setiap kali butuh.

Namun tahukah Anda, 1001 kejahatan atau tindak kriminalitas (dengan pelaku yang semakin berusia muda) yang terjadi saat ini, terutama di negara kita, adalah buah dari apa yang ditayangkan televisi?

Risiko menonton televisi bagi anak

"Sebuah penelitian di Jerman (2012) menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu contoh negara yang paling buruk (tayangan) pertelevisiannya. Yang mampu (diperbolehkan) menayangkan acara atau berita kriminalitas (baik korbannya, pelakunya, kejadiannya, hingga tragedinya) yang hampir seluruhnya dikupas tuntas," buka Anggia Chrisanti, konselor dan terapis DEPTH (deep psych tapping technique) di Biro Konsultasi Psikologi Westaria.

Informasi yang seharusnya tidak menjadi konsumsi publik sekalipun, misalnya, karena terlalu sadis atau belum jelas kebenaran beritanya dan dampak negatifnya kepada masyarakat (contoh: video asusila anak pelajar atau kekerasan di lingkungan sekolah yang justru berisiko menimbulkan peniruan), dan lain-lain, malah secara gamblang terpampang nyata pada naskah berita, ceritanya, maupun gambar yang ditampilkan – walau telah diusahakan untuk disamarkan.

Belum lagi film-film pendek (FTV), sinetron, infotainment, atau acara musik yang tidak jelas standar keamanannya sebagai tontonan, membanjiri hampir seluruh saluran televisi nasional tanpa batasan waktu penayangan (sejak pagi buta hingga malam gulita).

"Sedikit terselamat bagi Anda pengguna televisi kabel, karena minimal masih ada pilihan. Walaupun, tetap yang mampu memilih itu adalah Anda, saya, kita, para orang dewasa. Bagi anak, tetap simalakama," kata Anggia. "Dengan lebih banyaknya kanal yang bisa diakses, dengan lebih banyaknya informasi yang ditayangkan (dari seluruh dunia), yang jelas lebih banyak untuk penonton dewasanya daripada anak-anak, risiko tetap ada," lanjutnya.

Oleh karenanya, tetap upayakan agar anak-anak yang masih kecil berhenti menonton televisi.

"Paling tidak, diminimalkan. Terutama untuk anak-anak, semakin sedikit, semakin baik," ujar Anggia. "Andai pun menonton televisi, pastikan ada orang tua atau orang dewasa yang menemani, menyertai, dan membimbing selama menonton," pungkasnya.

(wida/adm)

Source link


Sumber: http://ift.tt/2cPiPEK

Related Posts

Posting Komentar